Social Icons

Pages

Featured Posts

Rabu, 02 Januari 2013

Kuasa dan Cinta

Serial+CintaTirani selalu bermula dari sana: saat seseorang atau sekelompok orang atau sebuah rezim kehilangan respek dan penghargaan kepada orang lain atau kelompok lain atau rezim lain. ketika respek dan penghargaan hilang, persepsi kita beralih ke dalam, kedalamnya diri, sang Aku. Lalu kita mulai memandang dari perspektif sang Aku wilayah luar orang atau kelompok lain sebagai sesuatu yang terpisah dan asing, tidak berarti, tidak layak ada atau bahkan mengancam.

Saat itu hanya satu lagi yang ditunggu oleh tirani untuk muncul jadi kenyataan: kekuasaan yang melegitimasi. Itu sebabnya tirani selalu terkait dengan kekuasaan, sekecil apapun sekalanya. Misalnya tirani dalam rumah tangga, atau sekolah, atau organisasi, atau perusahaan, atau negara. kekuasaan adalah otoritas netral yang bisa digunakan untuk meligitimasi apa saja. Godaannya justru terletak disitu: pada netralitasnya. Maka begitu respek dan penghargaan lenyap dan berganti dengan kebencian, kekuasaan segera membei jalan mulus bagi tirani.

Begitulah pada mulanya Firaun merasakan sang Aku jadi Tuhan. Ketika respek dan penghargaannya hilang kepada kerumunan besar manusia bernama rakyat, ia mulai "meremehkan" mereka. Setelah itu ia memobilisasi mereka lalu mendeklarasikan ketuhanannya. Dan serial tirani berbesar dalam sejarah manusia pun dimulai.

Tirani. Momok dalam sejarah manusia ini selalu berkoalisi dengan kekuasaan. Tapi momok ini tetap bisa dilawan. Dan kekuatan yang bisa melawannya hanya cinta. Cinta adalah kutub jiwa yang berlawanan dengan tirani: ia lahir dari respek dan penghargaan kepada manusia. Begitu kekuasaan mendapatkan sentuhan cinta, wajahnya segera berubah: gurat-gurat kekejaman segera berganti jadi garis-garis kerentaan dari seorang penguasa yang lelah melayani rakyatnya.

Jika cinta adalah tindakan memberi, maka dari sanalah datangnya semua kebajikan dalam diri seorang penguasa: mendengar, melayani, memberi, melindungi, adil dan menyejahterakan. jadi hanya dalam genggaman cinta kekuasaan beruabah jadi alat untuk melindungi, melayani dan menyejahterakan. Di sana sang Aku bukan lagi kuda liar yang setiap saat bisa melompat dari kandang dengan energi kekuasaan. Sang Aku dalam genggaman cinta adalah mata air kebijakan yang pada suatu saat bertemu dengan hujan deras kekuasaan, maka jadilah banjir: kebijakan melimpah ruah dalam muara masyarakat manusia.

Dari tradisi kepemimpinan Amerika Serikat kita bertemu dengan ungkapan ini: "Jangan bertanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi bertanyalah apa yang kamu berikan untuk negaramu?" Tapi dari tradisi nubuwah kita mewarisi sabda yang diriwayatkan Muslim ini: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian". ~ Anis Matta ~

Mata Air Keluhuran

Serial+CintaKalau benar hati sang raja. Putera mahkotanya ternyata seorang pemuda pemalas. Apatis. Talenta raja-raja tidak terlihat dalam pribadinya. Suatu saat sang raja menemukan cara mengubah pribadi puteranya: the power of love.

Sang raja mendatangkan gadis-gadis cantik ke istananya. Istana pun seketika perubah jadi taman: semua bunga mekar di sana. Dan terjadilah itu. Sesuatu yang memang ia harapkan: puteranya jatuh cinta pada salah seorang di antara mereka. Tapi kepada gadis itu raja berpesan, "Kalau puteranya menyatakan cinta padamu, bilang padanya, "Aku tidak cocok untukmu. Aku hanya cocok untuk raja atau seseorang yang berbakat jadi raja".

Benar saja. Putera mahkota itu seketika tertantang. Maka ia pun belajar. Ia mempelajari segala hal yang harus diketahui seorang raja. Ia melatih dirinya untuk menjadi raja. Dan seketika talenta raja-raja meledak dalam dirinya. Ia bisa, ternyata! Tapi kaena cinta!

Cinta telah bekerja dalam jiwa anak muda itu secara sempurna. Selalu begitu: menggali tanah jiwa manusia, sampai dalam, dan terus ke dalam, sampai bertemu mata air keluhurannya. Maka meledaklah potensi kebaikan dan keluhuran dalam dirinya. Dan mengalirlah dari mata air keluhuran itu sungai-sungai kebaikan kepada semua yang ada disekelilingnya. Deras. Sederas arus sungai yang membanjir, deras mendesak menuju muara. Cinta menciptakan perbaikan watak dan penghalusan jiwa. Cinta memanusiakan manusia dan mendorong kita memperlakukan manusia dengan etika kemanusiaan yang tinggi.

Jatuh cinta adalah peristiwa paling penting dalam sejarh kepribadian kita. Cinta, kata Quddamah, mengubah seorang pengecut menjadi pemberani, yang pelit jadi dermawan, yang malas jadi rajin, yang pesimis jadi optimis, yang kasar jadi lembut. Kalau cinta kepada Allah membuat kita mampu memenangkan Allah dalam segala hal, maka cinta kepada manusia atau hewan atau tumbuhan atau apa saja, mendorong kita mempersembahkan semua kebaikan yang diperlukan orang atau binatang atau tanaman yang kita cintai. Jatuh cinta membuat kita mau merendah, tapi sekaligus tertekad penuh untuk menjadi lebih terhormat.

Cobalah simak cerita cinta Letnan Jenderal Purnawirawan Yunus Yosfiah, yang suatu saat ia tuturkan pada saya dan beberapa kawan lain. Ketika calon istrinya menyatakan bersedia berhijrah dari Katolik menuju Islam, ia tergetar hebat. "Kalau cinta telah mengantar hidayah pada calon istrinya," katanya membatin, "seharusnya atas nama cinta ia mempersembahkan sesuatu yang istimewa padanya." Ia sedang bertugas di Timor Timur saat itu. Maka ia berjanji, "Besok aku akan berangkat untuk sebuah operasi. Aku berharap bisa mempersembahkan kepada dedengkot Fretelin untukmu." Tiga hari kemudian, janji itu ia bayar lunas!

Gampang saja memahaminya. Keluhuran selalu lahir dari mata air cinta. Sebab, "cinta adalah gerak jiwa sang pencinta kepada yang dicintainya," kata Ibnul Qoyyim. ~ Anis Matta ~

Melindungi Dengan Keberanian

Serial CintaKamu haruslah seorang pemberani kalau kamu mau jadi pencinta sejati. Orang-orang yang kamu cintai harus merasa aman saat berada di dekatmu. Rasa aman adalah aroma kepribadian para pencinta pemberani.

Kalau kita sudah memberi perhatian mendalam, melakukan kerja-kerja penumbuhan, merawat cinta kasih dengan siraman kebajikan harian, hal terakhir yang harus kita persembahkan kepada orang yang kita cintai adalah melindunginya: melindungi jiwanya, raganya, masa depannya serta proses pertumbuhannya.

Tapi perlindungan bukan penjara bagi sang kekasih. Orang yang kita cintai tidak boleh merasa bahwa perlindungan adalah cara kita untuk mempertahankan 'kekuasaan' dan 'kepemilikan' atas dirinya. Perlindungan adalah langkah-langkah proteksi yang bersifat antisipatif untuk memastikan bahwa orang yang kita cintai menjalankan kehidupannya secara aman, baik fisik maupun psikis, dan bahwa proses pertumbuhannya berjalan baik tanpa gangguan berarti yang bisa menggagalkannya. Yang terakhir ini, misalnya, gangguan lingkungan pergaulan dan kultur yang bisa merusak nilai-nilai yang kita tanamkan untuk menumbuhkan orang-orang yang kita cintai. Jadi perlindungannya bersifat menyeluruh: fisik, psikis dan moral bahkan finansial.

Semua bentuk perlindungan itu hanya mungkin dilakukan para pencinta pemberani. Keberanian meraka juga menyeluruh: keberanian moral dan keberanian fisik. Orang-orang yang kita cintai harus menikmati sebuah perasaan yang kuat saat berada di sekitar kita bahwa mereka bebas dari rasa takut, sekaligus gembira karena kepercayaan yang kuat bahwa jauh di luar dirinya ada kekuatan cinta yang bekerja secara diam-diam dan penuh keberanian untuk melindungi proses pertumbuhannya.

Dalam banyak situasi, proses perlindungan itu mengharuskan kita berkorban apa saja, termasuk jiwa. Dalam makna pengorbanan yang tulus itulah cinta menemukan kesejatiannya. Dan keindahannya, sekaligus. Apakah ada riwayat percintaan dalam sejarah manusia yang menggugah nurani kita selain karena ia dipenuhi tetesan keringat, air mata dan darah, tanpa akhir? Pengorbanan dalam sejarah cinta seperti pelangi yang menghiasi langit kehidupan. Atau seperti tetesan darah yang menjadi saksi bagi para syuhada dihadapan Allah: saksi atas cinta dan rindu yang tak pernah selesai.

Itu sebabnya cinta sejati selalu melahirkan sifat-sifat ksatria, keterhormatan, kedermawanan, kesetiaan dan perngorbanan. Karena sifat-sifat itulah yang memberi kekuatan pada cinta, dan membuatnya penuh daya gugah. Sifat-sifat itu semua mengalir dari satu mata air: kecemburuan. Kecemburuan adalah semangat pembelaan yang lahir dari cinta sejati. Ia hanya menjadi negatif ketika ia lahir dari semangat menguasai dan memiliki.

Dalam makna pembelaan itulah Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mati karena membela harta dan keluarganya maka ia mati syahid.” ~ Anis Matta ~

Membangun Kemampuan Mencintai

Serial Cinta Cerita CintaPada mulanya cinta adalah gagasan tentang bagaimana membahagiakan dan menumbuhkan orang lain. Selanjutnya cinta adalah kemauan baik yang menjembatani gagasan itu menuju alam kenyataan. Sisanya adalah kemampuan. Cinta yang hanya berkembang dibatas gagasan dan kemauan baik akan tampak seperti pohon rindang yang tidak berubah.

Bagian cinta yang pertama dan kedua, gagasan dan kemauan baik, biasanya terbentuk dari serangkaian penghayatan akan nilai-nilai luhur kemanusian dan keagamaan tentang kehidupan dan hubungan antar manusia didalamnya, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam. Sedalam apa penghayatan itu dalam diri seorang pecinta sedalam itu pula sumber energi cinta yangada dalam dirinya.

Tapi bagian ketiga dari cinta, kemampuan, memerlukan latihan dan proses pembelajaran. Kalau kita mau memberi, kita harus belajar dan berlatih bagaimana memiliki. Kalau kita mau memperhatikan orang yang kita cintai, kita harus belajar dan berlatih bagaimana bertumbuh sendiri terlebih dahulu. Begitu seterusnya: memberi, memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi mengharuskan kita memiliki kemampuan pribadi untuk melakukan tindakan-tindakan produktif.

Membangun kemampuan mencintai berarti membangun kemampuan produktif dalam diri kita. Menjadi seorang pecinta sejati berarti menjadi seorang produktif yang selalu berorientasi bukan saja pada proses, tapi juga terutama hasil akhir. Produktivitas adalah indikator kematangan seorang pecinta. Seorang pecinta yang tidak produktif adalah pohon rindang yang tidak berubah.

Ini sisi cinta yang paling rasional dan paling produktif: belajar dan berlatih untuk menjadi produktif. Ini bukan pelajaran tentang bagaimana menguntai kata-kata cinta. Atau tentang teknik-teknik merawat cinta kasih. Ini pelajaran tentang bagaimana kita mengembangkan diri kita menjadi kemampuan-kemampuan baru, mengarahkan semua kemampuan baru itu menjadi sumber produktif.

Mencintai dengan semua siklusnya adalah kerja dari dalam keluar. Seorang pecinta sejati adalah seorang yang mampu keluar dari dirinya sendiri menuju orang lain. Tapi jauh sebelum seseorang mampu keluar dari dirinya sendiri, ia harus masuk kedalam dirinya sendiri. Sedalam mungkin. Karna dari kedalaman itulah ia bisa keluar sejauh mungkin. Pelajaran cinta adalah pelajaran tentang bagaimana kita masuk kedalam diri sendiri untuk kemudian keluar dengan cara yang lain. Ini latihan untuk menjadi lebih baik untuk kemudian menjadikan orang lain lebih baik . Dan akhirnya, ini adalah pelajaran tentang bagaimana mengubah kehidupan kita menjadi taman yang lebih indah dipandang dan lebih nyaman dihuni. Karena disana kita bertumbuh. Karena dalam pertumbuhan itu kita berbahagia. ~ Anis Matta ~

Mencintai Itu Keputusan

Serial CintaLelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat-lekat. Nanar. Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah. Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya. Sebentar kemudian iapun berkata, “Kamu kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang akan kamu temui di sini.” Itulah kalimat pertama Utsaman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya di Syam, Naila. Selanjutnya adalah bukti.

Sebab cinta adalah kata lain dari memberi... sebab memberi adalah pekerjaan... sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat... sebab pekerjaan itu harus ditunaikan dalam waktu lama... sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian kuat dan tangguh... maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia akan mengatakan, “Aku mencintaimu.” Kepada siapapun!

Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di situ. “Aku mencintaimu,” adalah ungkapan lain dari, “Aku ingin memberimu sesuatu.” Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain dari, “Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia... aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin... aku akan merawat dengan segenap kasih sayangku, proses pertumbuhan dirimu melalui kebajikan harian yang kulakukan padamu... aku juga akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu dan proses pertumbuhan itu...” Taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, “Aku mencintaimu,” kamu harus membuktikan ucapan itu. Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan memberi, kesiapan dan kemampuan berkorban, kesiapan dan kemampuan melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi.

Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan hilang lenyap. Tidak ada cinta tanpa kepercayaan. Begitulah bersama waktu suami atau istri kehilangan kepercayaan kepada pasangannya. Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya. Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada kawannya. Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya. Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak terbukti. Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa begitu panas membara di awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada tahun kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh karena tidak dipercaya rakyatnya.

Jalan hidup kita biasanya tidak linier. Tidak juga seterusnya pendakian. Atau penurunan. Karena itu konteks di mana pekerjaan-pekerjaan cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara emosional. Tapi disitulah tantangannya: membuktikan ketulusan di tengah situasi-situasi yang sulit. Disitu konsistensi diuji. Di situ juga integritas terbukti. Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta di tegah situasi yang sulit, jauh lebih bisa membuktikannya dalam situasi yang longgar.

Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya merasakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh. Bahagia sebahagia-bahagianya. Puas sepuas-puasnya. Sampai tak ada tempat lagi yang lain. Bahkan setelah sang pencinta mati. Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan cinta. Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya terbunuh. Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu. ~ Anis Matta ~

Merawat Dengan Kebajikan

Serial CintaHubungan cinta yang mendalam dan mampu menembus lorong waktu yang panjang hanya mungkin terjadi jika orang-orang yang saling mencintai mengalami perbaikan berkesinambungan. Mereka terus bertumbuh. Itu dinamika kehidupan yang niscaya diperlukan untuk memberikan sentuhan gairah pada cinta.

Tapi pertumbuhan tidak akan terjadi permanen tanpa perawatan yang permanen pula. Kalau pertumbuhan dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran orang yang kita cintai, maka perawatan dilakukan dengan memberikan sentuhan lembut kebijakan pada sang kekasih. Sang kekasih yang sedang bertumbuh itu harus dipuaskan dengan kebajikan harian yang membuatnya nyaman. Kalau perawatan memberinya kekuatan psikologis dalam menjalani dinamika pertumbuhan itu.

Senyum yang lembut, kata-kata yang baik, belaian kasih, saat-saat melayani, hadiah-hadiah kecil, hubungan fisik yang intim dan intensif, perjalanan bersama yang harus dilakukan para pencinta kepada kekasihnya untuk satu tujuan: merawat jiwanya. Itulah air. Itulah matahari.

Di taman kebajikan itu cinta bersemi. Hanya di taman itu. Kamu tidak bisa mencintai hanya dengan kata-kata. Sentuhan romantika dari kata-kata hanya sebagian dari kebajikan hati para pencinta sejati. Sebab kata-kata, sama seperti senyuman atau sorotan mata, jika ia terbit dari hati yang bajik, maka ia kehilangan elegannya. Ia tidak akan pernah menggetarkan. Adakah yang lebih mempesona dari seorang kekasih selain semua yang menggetarkan itu?

Kalau pelaku sehari-harimu tidak lagi menggetarkan jiwa kekasihmu, kemungkinan besar karena ia terpisah dari jiwamu. Atau di sana cinta tidak lagi sanggup menerbitkan kebajikan baru dalam dirimu.

Ini juga menjelaskan mengapa keshalihan selalu bersaudara dengan cinta. Keshalihan adalah kekuatan yang memotivasi dan menginspirasi kita untuk melakukan kebajikan secara terus-menerus. Orang shalih selalu berada di garis kebajikan maksimum dan minimum: jika ia mencintai seseorang ia menghormati dan melayani orang itu. Tapi jika ia tidak mencintainya ia tidak akan sampai menzalimi orang itu.

Tantangan cinta yang paling rumit adalah waktu. Dalam perjalanan waktu, kesejatian cinta teruji. Dan, ujiannya adalah menjawab pertanyaan sesederhana ini: seberapa besar kadar kebajikan yang terkandung dalam cinta itu? Alam tamsil ini cinta adalah kereta: ia hanya berjalan di atas rel kebajikan. Begitu kebajikanmu habis, kereta cinta juga berhenti berjalan. Hanya ketika kamu menjadi orang baik, kamu dapat mencintai dengan kuat. Kalau ujian cinta adalah waktu, maka jawabannya adalah kepribadian. ~ Anis Matta ~

Negeri Cinta

Serial+CintaArafah. Padang luas tempat kita menghampar jiwa. Semua lebur jadi satu tanpa sekat. Semua sekat: etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah. Ihram putih yang membalut tubuh-tubuh kita menyimbolkan kesatuan. Semua kesatuan: asal usul, tujuan hidup, jalan hidup yang kita tempuh untuk mencapai tujuan itu.

Arafah itu seperti lukisan jiwa-jiwa yang digantung di dinding sejarah. Seluruh jiwa menyatu dalam lukisan yang rumit; disatukan oleh kekuatan yang lahir kekuatan; kekuatan cinta yang lahir kekuatan iman. Tiba-tiba kita semua merasakan kerendahan hati yang tulus. Lalu jiwa kita hampar bagai permadani; silakan semua orang duduk di sana. Perbedaan-perbedaan ini, etnis, warna kulit, postur, latar budaya dan sejarah seketika berubah menjadi sumber keindahan yang menghiasi langit kehidupan kita.

Cintalah rahasianya. Maka ekspansi Islam dari jazirah Arab ke kawasan Asia Tengah, Selatan, Tenggara dan Cina, atau kawasan Afrika Selatan dan Utara sampai ke Eropa Barat dan Timur, bukanlah suatu catatan tentang pedang terhunus yang tak pernah berhenti berdarah. Itu justru serangan pasukan cinta yang datang membebaskan jiwa-jiwa manusia dari belenggu yang membatasi hidupnya dengan sekat tanah dan etnis: maka menyatulah mereka dalam cinta yang melapangkan dunia. "Akan kami perangi mereka dengan cinta," kata Hasan Al Banna.

Dalam celupan cinta jiwa-jiwa itu muncul kembali dengan kesamaan-kesamaan baru: keramahan yang tulus, kerendahan hati yang natural, kedermawanan dan kebiasaan menolong orang lain. Pergilah ke negara-negara Islam dan temuilah masyarakatnya, kamu pasti menemukan sifat-sifat itu merata di antara mereka. Itulah sifat-sifat yang lahir dari cinta.

Dan itulah yang terjadi kemudian. Bangsa-Bangsa Islam adalah rumpun ideologi yang tidak pernah bisa punah, bahkan ketika khilafah mereka runtuh dan negara-negara mereka porak-poranda. Bandingkanlah dengan imperium Romawi, atau Persia atau Uni Soviet. Bangsa-bangsa mereka pecah begitu institusi negara mereka runtuh. Nasib seperti ini rasanya juga akan dialami oleh negara-negara kosmo saat ini. Materialisme telah membangun sebuah dunia kosmo yang disatukan dan dipisahkan oleh uang.Di dunia kita saat ini, krisis ekonomi bisa dengan mudah menghancurkan sebuah bangsa, menutup riwayat sebuah negara. Seperti Uni Soviet. Walaupun tidak dapat meramalkan waktu kejadiaannya, tapi saya memiliki kepercayaan yang kuat, bahwa Amerika Serikat juga akan mengalami masa depan yang sama.

Batasan negeri kita, dan negeri mana pun, adalah ruang hati kita. Seluas apa ruang hati kita dapat menampung orang lain, seluas itulah negeri yang mungkin kita huni. Selama apa cinta dapat bertahan dalam hati kita, selama itulah umur negeri kita. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang rumit sebenarnya tersimpan sebuah rahasia yang sederhana: keutuhan kita sebagai bangsa seumur dengan umur cinta kita. ~ Anis Matta ~